Foto: Dadan Kuswaraharja
|
Untuk memahami cara pembuatan batik, risers berkunjung ke Sanggar Batik Katura di Jalan Trusmi, Plered, Cirebon.
Mereka ditemui langsung oleh pengusaha sekaligus pelestaribbatik Katura. Bersama anak perempuannya dengan telaten mengajari para risers cara membatik dengan malam atau lilin yang panas. "Aw panas juga ya," ujar seorang risers.
Mereka berusaha menggambar motif awan di kain batik yang sudah disediakan dengan logo Datsun. Setelah selesai, kain itu kemudian dicelupkan ke pewarna.
Foto: Dadan Kuswaraharja
|
Menurut dia, batik perlu dilestarikan karena sudah menjadi warisan budaya oleh Unesco. Soal warisan budaya ini pernah menjadi polemik karena Malaysia juga turut mendaftarkan batik sebagai warisan budaya. Katura puj menceritakan bagaimana akhirnya Unesco memilih Indonesia sebagai asal usul batik.
Foto: Dadan Kuswaraharja
|
Kepada detikOto, Katura mengatakan ada dua motif batik yang ditekuninya yakni motif keratonan dan pesisiran. Mega mendung merupakan motif yang paling disukai karena merupakan warisan budaya Cirebon yang khas. Dia sendiri sudah mendaftarkan hak paten untuk desainnya sendiri, tapi menurut dia, hal itu tidak penting, dia tidak mempermasalahkan soal paten karena menurut dia yang penting soal batik adalah bisa diwariskan ke generasi mendatang.
"Suratnya di Jakarta sudah jadi tapi belum saya ambil. Tapi ya batik itu kan buat warisan anak cucu," ujarnya sambil tersenyum. Sumber: Detik.com